Saturday, July 26, 2025

Puisi Selebgram di Panggung Maya

 

Selebgram di Panggung Maya

Di dunia maya dia gemerlap, penuh gaya,
Selfie di kafe mewah, tiap sorot bersinar ria.
Filter menari, pose tak pernah sia-sia,
Dengan caption bijak, katanya, "Jadi diri sendiri saja."

Follow dan like datang bertubi-tubi,
Padahal di balik layar, cuma ngemil di kursi.
Bikin konten tiap hari, tak ada jeda,
Demi endorse barang, dari lipstik hingga sepatu Prada.

Mobil mewah pinjaman, ngopi cuma segelas,
Semua tampak sempurna, ah, begini lah kelas.
Tapi di hati kecil, kadang terselip tanya,
“Kapan jadi nyata, bukan cuma drama maya?”

Tertawa sendiri, terus jalan seirama,
Toh yang penting followers, bukan soal lama.
Maka dia terus terbang, di langit maya,
Selebgram yang gemilang, penuh tipu-tipu nyata.

 


Puisi Cuitan Sang Burung Biru

 

Cuitan Sang Burung Biru

Di dunia maya, burung biru berdering,
Setiap cuitan bagai gemerincing koin king,
Orang-orang datang dan pergi,
Dengan opini yang tak pernah sepi.

Ada yang berdebat soal kopi,
Lalu tiba-tiba bahas teori konspirasi,
Emoji tertawa, marah, dan bingung,
Berterbangan seperti kupu-kupu kumbang.

Ada yang retweet, ada yang like,
Viral dalam hitungan detik,
Cuitan receh jadi trending,
Siapa sangka bisa jadi penting?

Politik, olahraga, hingga drama seleb,
Semua campur jadi kolase yang lebat,
Netizen pun jadi sastrawan dadakan,
Di kolom komentar mereka berpantun ria.

Tapi hati-hati, jangan terlalu serius,
Di Twitter, lelucon bisa jadi virus,
Hanya satu cuitan salah kata,
Langsung trending, terblokir, jadi cerita!

Dunia Twitter penuh warna-warni,
Setiap timeline adalah panggung seni,
Sekali cuit, semua bisa terbelit,
Selamat datang di negeri cuitan yang penuh kicau unik!



Makna Puisi:

Puisi ini menggambarkan Twitter sebagai platform media sosial yang dinamis dan penuh keanekaragaman. Setiap pengguna memiliki kesempatan untuk menyuarakan pendapat, berinteraksi dengan pengguna lain, dan bahkan berpartisipasi dalam tren global. Meski banyak hal receh atau lucu yang menjadi viral, ada juga sisi serius dari platform ini, di mana cuitan bisa berdampak besar. Namun, pada akhirnya, puisi ini mengingatkan bahwa yang dilansir di Twitter  tidak selalu harus diambil terlalu serius, melainkan dapat dipandang juga sebagai tempat hiburan dan humor.

Puisi Dunia TikTok

 

Dunia TikTok

Di TikTok kita nari tak kenal malu,
Lupa diri, wajah pun jadi lucu,
Tangan melambai, pinggang bergoyang,
Satu-dua swipe, semua ikut riang.

Challenge baru, tiap hari ada,
Bikin orang tua pun ikut gaya,
Lip sync lagu, ekspresi datar,
Siapa sangka, jadi viral sebentar?

Filter muka, bikin kocak parah,
Dari hidung lebar sampai telinga jengah,
Scroll terus, lupa makan malam,
Oh TikTok, engkau sihir yang dalam.

Ada yang joget, ada yang ngelawak,
Semua berlomba jadi yang paling beriak,
Di kolom komentar, tawa bersahutan,
TikTok, jejaring penuh warna dan godaan.


Puisi Detektif Bit dan Byte

Detektif Bit dan Byte

Di dunia digital penuh misteri,
Ada pekerjaan lucu, si tukang teliti.
Bukan detektif jalan atau lacak sidik jari,
Tapi komputer forensik, si pemburu memori.

Laptop tergeletak, layar redup termenung,
Di dalamnya jejak-jejak file pun terhitung.
Di pojok sana, mouse berlari ketakutan,
Seakan menyembunyikan rahasia yang tak tertahankan.

"Mana filemu yang terhapus?" seru sang pakar,
Sambil memeriksa folder dengan gaya tegar.
Dokumen nakal, hilang tanpa jejak,
Tapi detektif tahu, data takkan lepas.

Hard disk menangis, RAM berteriak,
Sang pakar sibuk, tak kenal lelah.
CPU panas, browser pun pingsan,
Namun si detektif tetap bertahan.

"Aha! Ini dia jejak yang tertinggal!"
Virus tertawa, tapi tetap gagal.
Sang detektif tersenyum penuh semangat,
Satu lagi kasus digital terselesaikan hebat.

Search This Blog

Powered by Blogger.

Puisi Selebgram di Panggung Maya

  Selebgram di Panggung Maya Di dunia maya dia gemerlap, penuh gaya, Selfie di kafe mewah, tiap sorot bersinar ria. Filter menari, pose tak ...